T. Tgl Lahir : Bakanjati, 7 Juli 1954
Alamat : Jl. Rawasari Barat VIII E 142 C Cempaka Putih Timur Jakarta Pusat
Phone (021) 4214365, Fax. (021) 4257391
Pendidikan :
1. PGA al-A’arif Jam pang Kulon tahun 1971,
2. PTIQ tamat tahun 1986
3. IAIN jakarta Fakultas Syari’ah, Jurusan Peradilan Agama, selesai tahun 1987,
4. Pascasarjana UMJ tahun 1999
5. S-3 di PPs Universitas Negeri Jakarta (UNJ)
Pengalaman Organisasi :
1. Oktober 1986 juga ia mendirikan Yayasan Da’wah dan Sosial Islam Al-‘Urwatul Wutsqa (YADSI-UW), yang bergerak dalam menyelenggarakan Kursus Tafhim al-Quran, kini terdapat 24 kelas yang tersebar di Jakarta.
2. Direktur Masjid Jami’ YARSI,dikelolanya Masjid itu dengan Manajemen moderen, shingga tahun 1994 terpilih menjadi masjid teladan tingkat DKI.
3. Ketua Umum Masjid Jami’ Rawasari,tahun 2000.
4. Pendiri CV. Al-Ghuraba yang bergerak di bidang penerbitan buku.
5. Pendiri Yayasan Pendidikan & Sosial Islam (YAPSI) Darul ‘Amal, tahun 2005 .
Sekilas Perjalana Hidup Beliau
Sudah dua bulan tahun pelajaran 1960-1961 berjalan, sepulang mengaji dan menginap di Masjid Bojongwaru pagi itu dia merasakan perih hatinya tak terperi karena anak-anak seusianya sebentar lagi akan beramai-ramai bergerombol jalan kaki menuju sekolah SD Bojong Genteng, yang jaraknya sekitar 2 km sementara dia hanya bisa mengurut dada sedih karena keyatiman dan kemiskinan membedakan dia dari yang lainnya, ibunya tak sanggup memasukkan dia ke sekolah, kala itu memberi pakan ayam peliharaannya seakan turut merasakan perih hati anak bungsunya itu. Sore harinya ia berpesan, nanti malam, ngga usah tidur di Masjid, di rumah saja, dia menjawab “ya” tanpa berfikir kenapa.
Kira-kira jam 03.00 (dinihari) dia dibangunkan ibunya dan diajaknya ke tikar shalat -rupanya ibunya selesai shalat malam dan menangisi derita hati anaknya yang ingin sekolah- lalu dua lutut ibunya dipertemukan dengan dua lututnya, seraya ibunya berujar dengan lirih: Nak! semua manusia lahir dengan rasa ingin mulia, manusia mulia karena kekayaannya, sedangkan kita, miskin. Orang mulia karena turunan raden, sedangkan kita rakyat jelata. Orang mulia karena kerupawanannya, kita biasa-biasa saja. Orang mulia karena kepin tarannya…… maka carilah ilmu, untuk kemuliaanmu… keningnya dicium, lalu dipeluk di sela isak tangisnya, ibunya mengakhiri pembicaraannya dengan: “maafkan Ema, ngga bisa nyekolahin” … tidak begitu paham apa yang dikatakan ibunya, ia pun dengan terkantuk-kantuk kembali ke kamarnya, lalu tidur lagi sampai subuh tiba. Selepas shalat subuh ia teringat sebagian dari ungkapan ibunya tadi malam “carilah ilmu, untuk kemuliaanmu…” dia pikir mencari ilmu harus sekolah, maka tanpa pamit kepada ibunya lagi ia pun segera berangkat ke sekolah SD Bojong Genteng III, ditemuinya guru Kls 1 waktu itu pak Uton Bustoni, sesudah bersalaman ia memperkanalkan diri, nama “Uyun” saya anak yatim tapi mau sekolah, itulah nama yang dia ketahui sebagaimana teman-teman sepermainan memanggilnya, belakangan dia baru tahu dari ibunya bahwa nama dia dikasih Uwa (kakak bapaknya alm.) Mad Yunus tetapi terlanjur tertulis “Uyun” di buku Induk, maka nama itulah yang seterusnya.
Ketika kls VI gurunya menganjurkan agar namanya ditambah supaya tidak terlalu pendek, siapa tahu nanti jadi orang penting, seloroh pa Obang Barnas gurunya itu karena nama itu akan ditulis dalam Ijazah sambunya lagi. Sore harinya dia bertanya nama yang cocok untuk dirnya ke Mu’alim Djamjuri di Majjid Bojongwaru, eeh beliau menawarkan tambahan nama “Maryunani“ jadilah nama dalam Ijazah SD nya Uyun Maryunani, disingkat U.Maryunani, ketika di Pengajian dia sering dilatih ceramah dalam berbagai acara-acara keagamaan yang teksnya dibuatkan guru mengajinya ust. Abdullah Mubarak, maka nama dia diberi tambahan lagi “U. Maryunani Dja’far Shiddieq“ , ketika masa remaja rupanya dia termasuk penggemar karya-karya HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), dia pun ikut-ikutan menyingkat namanya Uyun Maryunani menjadi Umay (tidak Umar, karena serupa dengan nama seorang), saat memasuki PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu al-Quran), Jakarta dengan Ijazah U. Maryunani, tetapi ketika memperkenalkan diri, dia menyebut dirinya Umay, maka bagian Pengajarnya PTIQ meyakini U. Itu artinya “Umay”, maka tertulislah di Ijazah PTIQ Umay Maryunani, sesudah berkecimpung di masyarakat nama pemberian guru mengajinya itu dipakai kembali, jadilah “ Umay M. Dja’far Shiddieq”.
Dari sejarah namanya yang agak unik di atas, tampak dia adalah orang yang sejak kecil lebih banyak mengurus dirinya, sebagai orang yang tak pernah merasakan kasih sayang bapaknya, yang meninggal saat dia diandung ibunya 4 bulan,dia menjadikan ibunya sebagai sumber do’a, sumber rahmat Allah, sumber ridha-Nya, serta sumber motivasi dan kekuatan, dia pernah berujar, pengalaman yang paling berkesan adalah saat dia menggandeng tangan ibunya yang keriput saat thawaf mengitari Ka’bah tahun 1993.
Lahir di sebuah rumah nenggang tengah sawah, kampung Bakanjati, Desa Bojong Genteng, +/- 110 km selatan kota Sukabumi, tak ada catatan resmi tentang tanggal tepat kelahirannya, hanya dalam ijazah SD nya tertera tanggal 7 Juli 1954, dia tamat SD Bojong Genteng tahun 1967, dia sangat berhutang budi atas jasa kepala SD Bapak Karta Soedarma yang membebaskan ia dari iuran sekolah.Tamat PGA 4 Tahun al-A’arif Jam pang Kulon tahun 1971, di sini ia berhutang budi atas kebaikan pak Dindin Saefudin yang juga membebaskan dia dari SPP. Keinginan yang kuat untuk meneruskan sekolah, sekitar 86 km hutan Pasir Piring dia tempuh dengan jalan kaki, karena tak ada ongkos naik bis ke Sukabumi, yang akhirnya atas kemurahan hati KH. E. Fachruddin Masthura, dia di terima di Pesantren Tipar dan tamat Madrasah ‘Aliyah al- Masthuriyah, Tipar Sukabumi tahun 1974, Sepanjang di Al-Masthuraiyah inilah dia sangat berhutang budi atas perhatian dan kasih sayang keluarga KH.Moh Sanusi (alm.), lalu Mondok di Pesantren Salafy Siqayaturrahmah, bimbingan KH.M.Mudrikah Hanafi, di Selajambu, Sukabumi 1975-76, tamat PTIQ 1983, selama kuliah di PTIQ dia sperti mendapat orang tua angkat Kel. Moh. Djubaedy Soelaiman, setamatnya menjadi Dosen Tafsir & Hadits ahkam di almamaternya sampai tahun 1990, tahun 1984 ia kuliah lagi di IAIN jakarta Fakultas Syari’ah, Jurusan Peradilan Agama, atas kebaikan Kel. Mayjen Pol. Drs. H .Soedarto, dan selesai tahun 1987, pada tahun 1996 atas kebaikan kel. Mayjen Dr.H. Loet Affandi dapat meneyelesaikan S-2 (Strata-2) Pendidikan Islam dari Pascasarjana UMJ tahun 1999, dan atas saran guru tercintanya Prof. Dr. M . Quraish Shihab, MA ia melanjutkan study S-3 nya di PPs Universitas Negeri Jakarta (UNJ) jurusan Manajemen Pendidikan, juga atas kemurahan hati kel. Dr. H. Loet Affandi.
Sejak masih kuliah di PTIQ tahun 1982 dia mulai merintis menye lenggarakan Pengajian bulanan di kampungnya, dengan jumlah peserta pengajian pertama hanya 8 orang, dia tekuni sebulan sekali turun naik bis dari Jakarta mensosialisasikan idenya membangun desa melalui sosial pendidikan, dalam masa 10 tahun ia rubah mushalla kecil ukuran 4 x 6 m menjadi masjid dengan ukuran 12 x 18 m, 10 tahun kemudian tepatnya, Januari 1982 dengan 5 orang Pendiri mendirikan Yayasan Pendidikan & Sosial Islam (YAPSI) Darul ‘Amal, kini 2005 sudah memiliki luas tanah 54.000 m (5,4 ha), Masjid biru ukuran 30 x 29 m berdiri megah tiga lantai, Sekolah SMP & SMA tiga lantai dengan 18 lokal kelas, tiga unit asrama semuanya dua lantai, peserta didik hampir 500 anak, dari mulai TK, MI, SMP, SMA dan Pesantren, Toko Ribhi Barka, Unit Pertanian dan Peterna kan, jamaah Mudzakarah bulanan rata-rata diikuti 300-400 jamaah setiap ahad pertama di bulan Miiladiyah.
Tahun 1979 tepatnya 1 Oktober 1979 dia menikahi tambatan hatinya sejak di PGA Lily Yulifah putri ke enam Mu’alim E.Djuaeni seorang Imam besar Masjid Kaum Jampang Kulon, dan dikaruniai 3 putra dan seorang putri. Tahun 1990 dia dipercaya menjadi Direktur Masjid Jami’ YARSI, dikelolanya Masjid itu dengan Manajemen moderen, shingga tahun 1994 terpilih menjadi masjid teladan tingkat DKI, ia pangku amanat Allah mengurus rumah-Nya itu sampai tahun 1996, dan pada bulan Oktober tahun itu juga ia mendirikan Yayasan Da’wah dan Sosial Islam Al-‘Urwatul Wutsqa (YADSI-UW), yang bergerak dalam menyelenggarakan Kursus Tafhim al-Quran, kini terdapat 24 kelas yang tersebar di Jakarta, dan bersama rekanya di PTIQ Drs. Mustari membuka Cabang Yayasan di Tegal Molyo, Klaten, Jawa Tengah, yang menyelenggarakan Madrasah Diniyah, TPQ Nurul Akbar, dan Pesantren Tahfizhul Quran, dan melalui anak asuh kepercayaannya Ust.H. Hafidzi, tahun 1997 dibuka cabang YADSI UW yang kedua di Dusun Ngantirejo,Desa Beruk,Karang Anyar dengan memberda yakan 13 orang Ustadz yang tersebar di sekitar Kecamatan Jatiyoso, dan Tawangmangu, mengelola 11 TPQ dan beberapa Majlis Ta’lim, direncana kan di tempat itu akan dibangun Pesantren terpadu.
Tahun 1998 Bapak angkatnya Kel. Dr.Loet Affandi mendirikan Yayasan Al-Ma’shum Mardiyah di Desa Galudra, Cugenang, Cianjur, dan di tempat itu dia menyelenggarakan Pesantren Terpadu al-Ma’shum Mardiyah, kini santrinya 360 terdiri dari putra dan putri.
Pada tahun 2000 tepatnya 26 Juni 2000 masyarakat Rawasari secara aklamasi mempercayakan dia menjadi Ketua Umum Masjid Jami’ Rawasari, sebuah Masjid tua di Kawasan Rawasri, Jakarta Pusat, dan pada tahun itu pula dia bentuk Badan Hukum Yayasan Masjid Jami’ Rawasari, kini Yayasan itu membangun Masjid al- Nizham 24 x 26 M 3 lantai, menyelenggarakan TPQ & TKI Al- Rawdhah, dan Toko Al- Barka.
Sebagai hamba Allah yang memutuskan jalan hidupnya dengan tidak bekerja di Intansi Pemerintah maupun swasta, dan juga tidak aktif di Organisasi Politik maupun masa, ia mandiri bergerak di bidang da’wah dan sosial pendidikan dia merasakan betapa besar peran jamaah pengajian Kursus Tafhim Al-Quran baik untuk pembangunan proyek-proyek fisiknya, maupun sebagai donatur tetap dari anak-anak asuhnya, dan ujarnya; tanpa melebihkan yang satu atas yang lainnya, dia tidak dapat melupakan para munfiqin-munfiqat berikut; Kel. Deddy Brahim, Kel. Ismaildin Wahab, Kel. Ismail Akbar,Kel. Salman Harahap, Kel. Dr. Loet Affandi,Kel. Muchtar Purbaya, Kel. Saeful Amir,Kel. Soni Dwi Harsono, Kel. Saleh Gunawan, Kel. Vence Raharjo, Kel.Amril Adnan, Kel. Sudarmadi, Keluarga Besar putri-putri dan para Menantunya Anas Latif, Kel. Bennyman Saus dan yang lain-lainnya.
Selain sering menjadi pengisi mimbar agama Islam di beberapa stasiun Televisi, serta melayani ceramah-ceramah agama di berbagai kesempatan, pada tahun 2005 dengan beberapa koleganya dia mendirikan CV. Al-Ghuraba yang bergerak di bidang penerbitan buku, dia punya niatan akan mengisi sisa umurnya dengan menulis buku-buku agama sebagai kelanjutan dari pembinaan Pengajian-pengajian yang selama ini ia jalani.
Bersama istri penopang jihadnya ia kelola beberapa Yayasan dan dia asuh beberapa pesantren dari kediamannya di Jalan Rawasari Barat VIII Nomor E.142 c, Kel. Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat.