BOARDING SCHOOL TERBAIK KE 2 NASIONAL

Kamis, 12 Agustus 2010

Selamat Hari Raya ADHA 1431 H


mungkin ada pada sebagian orang. Dan mungkin hampir setiap orang mempunyai pertanyaan yang sama. Kapan Idul adha 1431 H? pada tanggal berapa Idul Adha 2010 jatuh?

memang tidak seramai Idul Fitri yang menyibukkan hampir setiap orang untuk mudik lebaran, Namun hari raya umat islam ini juga tentu membahagiakan umat muslim. Begitu juga dengan saya sendiri karena kebiasaan dirumah sate menyate. hehehe. terutama bagi mereka kaum dhuafa dan kaum tidak mampu, hari raya idul adha dijadikan sebuah moment yang istimewa karena mereka berharap daging gratis yang biasanya mereka tidak mampu membeli.

Seperti halnya Idul Fitri, penetapan tanggal Idul Adha, hari raya Qurban bagi umat muslim di Indonesia, kementrian agama mengadakan sidang isbat untuk menentukannya. Sidang yang dihadiri MUI ini melibatkan ormas-ormas islam termasuk NU dan Muhammadiyah.

Meski ada yang tetap tidak sepakat dan telah menetapkan tanggal 1 Dzulhijah adalah tanggal 7 November 2010 (Idul Adha versi Muhammadiyah tanggal 16 November) namun hasil sidang Isbat Kemenag menetapkan bahwa Idul Adha (10 Dzulhijah 1431 H) jatuh pada hari Rabu, 17 November 2010.

Pemerintah arab saudi sendiri telah menetapkan idul adha tanggal 16 November.

Namun biasanya ada perbedaan diantara kaum muslim yang lain. Tidak usah dijadikan permasalahan karena perbedaan adalah rahmat. Tetap hargai keputusan orang lain asalkan masih dalam kaidah dan ajaran islam.

Kami Segenap Keluarga Besar PESANTREN TERPADU DARUL 'AMAL

Mengucapkan :

SELAMAT HARI RAYA 'IDUL ADHA 1431 H

Semoga dalam bulan yang mulia ini bertambah nikman iman ...nikmat sehat, dan berkah selalu dalam hidup kita semua...amiiin

Kamis, 15 Juli 2010

Kegiatan Sosial Darul 'Amal


Ash-Habuddar

adalah kata lain dari pengelolaan anak asuh, yang sejak awal berdirinya Yayasan Pendidikan dan Sosial Islam (YAPSI) Darul ‘Amal telah dijadikan Unit satuan Upaya yang sangat berperan penting, dan merupakan ciri khas yang utama yang dikenal luas oleh seluruh masyarakat khususnya di Wilayah Selatan Kabupaten Sukabumi. Terutama sangat dikenal oleh peserta didik/ santri dari keluarga yang menyandang status yatim dan dhu’afa yang berada di Kecamatan Jampangkulon, Kecamatan Cimanggu, Kecamatan Kalibunder, Kecamatan Waluran, Kecamatan Ciemas, Kecamatan Ciracap, Kecamatan Surade, Kecamatan Cibitung, Kecamatan Tegal Buleud, Kecamatan Simpenan, Kecamatan Palabuhan ratu dan kecamatan lainnya. Belum lagi peserta didik/Santri yatim dan dhua’fa dari Jakarta, Bekasi, Banten, Jawa tengah dan daerah lainnya.

Adanya lembaga ini, tidak terlepas dari cita-cita dan cerminan hidup yang telah dirasakan oleh Bapak DR. H. Umay MA. Dja’far Siddieq, MA. Beliau adalah anak yatim yang ditinggalkan oleh ayahandanya yang terbunuh oleh Gerombolan DI/ TII. Ketika itu beliau 6 bulan berada dalam kandungan Ibunya. Berkat kegigihan dan kesabaran perjuangan hidup dan do’a Ibunya yaitu Ema Juarsih maka lahirlah seorang anak yang selanjutnya dibesarkan dengan penuh kasih sayang dalam kesederhanaan.

Pada suatu sore, Ibunya berpesan pada anaknya agar malam nanti tidak tidur di Mesjid, tapi tidur di rumah. Dan pada waktu tengah malam anaknya dibangunkan, diajak ke kamar untuk diajak shalat malam. Setelah itu disela isak tangis, Ibunya memohon maaf kepadanya, karena tidak mampu menyekolahkan, Sebagai tebusannya Ibunya berjanji akan mencurahkan do’a baginya sambil terbata Ibunya berfatwa :

“ Hidup memang harus mulia, dan kalau mati masuk surga” mulia bisa dengan harta, kita orang miskin, mulia bisa dengan turunan raden, kita rakyat jelata, mulia bisa dengan rupa kita orang biasa, yang paling mungkin untuk kita bisa menjadi mulia hanya dengan ilmu, tuntutlah itu ! “.

Maka dengan motivasi yang diberikan Ibunya, anak itu dengan tekun, kerja keras dan ulet menuntut ilmu kepada beberapa orang kyai sambil tinggal di Pesantren, disamping itu dengan tekun pula menuntut ilmu di Sekolah. Baik Pesantren atau Sekolah yang berada di Desa Jampangkulon sampai ke Pesantren dan sekolah yang berada di Kota Sukabumi. Dan selanjutnya, dengan prestasi yang telah dicapai selama mengikuti pendidikan di Sukabumi anak itu mampu memuntut ilmu pada lembaga pendidikan besar dan terkenal di Jakarta yaitu PTIQ dan IAIN Syarif Hidayatullah. Itulah sekilas kisah anak Desa yang sekarang sukses di Jakarta, yaitu Bapak DR. H. Umay M. Dja’far Siddieq MA.

Sepanjang perjalanan menuntut ilmu yang penuh dengan keprihatinan, terbentuklah hastrat dan cita –citanya, bahwa :


1. Anak Desa yang menuntut ilmu di kota, harus kembali membangun Desanya, sebab kalau tidak, maka Desa akan tetap terbelakang dan ketinggalan, sebagaimana pesan Al-Quran surat 9 ( Al- Taubah ): 122 ;

tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.

2. Betapa banyak di Desa yang miskin dan yatim tetapi secara intelegensia potensial, karena factor ekonomi,mereka tidak mampu melanjutkan dan mengembangkan potensi dirinya melalui pendidikan formal. Mereka terpaksa terus berada dalam lingkaran kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan . Dari sini muncul tekadnya, beliau harus berfihak kepada kaum dhua’fa ( yang lemah ) dan memperjuangkan perubahan nasib mereka. Karena kalau tidak, maka menurut Al-Quran ia termasuk pendusta agama, Q.S.107 ( Al- Maun ) : 2 -3 ;

(2). Itulah orang yang menghardik anak yatim,

(3). dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin.


3. Diilhami oleh firman Allah SWT. Dalam Q.S.3 ( Ali Imran ): 112 ;

bahwa Allah akan menimpakan dua bencana kepada manusia, dimana dan kapan pun mereka berada. Yaitu Al- Dzillah ( kehinaan ) dan Al- Maskanah ( kemiskinan ), lalu Allah menawarkan dua solusi untuk mengatasi dua bencana itu, yaitu Hablun minAllah ( tali dari Allah ), Hablun min al-Nas ( Tali dari manusia ). Menurutnya, manusia dalam kehinaan, jika mereka kafir, musyrik dan fasiq kepada Allah, dapat diatasi dengan memasyarakatkan Iman, Islam dan Ihsan. Sementara Kemiskinan meliputi ; Kebodohan, kefakiran, serta keterbelakangan dan harus diatasi dengan Tali dari manusia, yakni dengan kepedulian yang pintar kepada saudaranya yang masih bodoh, yang kaya kepada suadaranya yang miskin, serta yang sudah berperadaban tinggi memajukan suadaranya yang masih terbelakang.

Dengan ayat- ayat Al-Quran di atas, telah merasuk jiwanya dan membulatkan tekad beliau, untuk :

  1. Merealisir rasa syukur kepada Allah SWT serta berterimakasih kepada orang-orang tua asuh yang telah menghantarkan beliau kepada keadaan sekarang yang patut disyukuri, yaitu dengan berfihak kepada kaum yatim dan dhu’afa dalam bentuk bantuan sosial pendidikan.
  2. Membangun Desa dengan Da’wah Pendidikan dan sosial Islam.
  3. Menjadikan dirinya sebagai jembatan umat, antara muslim yang berada di Kota dengan muslim yang berada di Desa.

Itulah latar belakang terwujudnya Pondok pesantren Terpadu Darul ‘Amal dengan Pola anak Asuh yang dikenal dengan nama “ Ashabuddaar “.

Ashabuddaar terdiri dua macam, walaupun secara jelas tidak tercantum dalam ketentuan aturan resmi. Yang pertama adalah Santri Ashabuddaar Kader, yang ditentukan berdasarkan kebijakan pimpinan dan penilaian terhadap seorang santri. Setelah di lihat dari berbagai unsur penilaian serta dianggap layak Maka ditetapkanlah sebagai kader untuk ke depannya dapat mengabdi di Darul ‘Amal. Sehingga baginya dibiayai penuh sampai selesai di perguruan Tinggi. Itu juga setelah mendapat persetujuan dan kesanggupan orangtua asuhn guna membiayainya.

Kemudian yang kedua adalah Ashabuddaar biasa, santri yang diterima sejak masuk kelas satu sampai selesai di kelas enam.

Setiap santri yang mengajukan menjadi Ashabuddaar diharuskan mengisi Kesanggupan selama menjadi santri Ashabuddaar, diantaranya :

  1. Setiap santri harus sanggup mengikuti pendidikan di Pondok Pesantren Terpadu Darul ‘Amal selama 6 tahun.
  2. Apabila keluar dan dikeluarkan sebelum tamat sampai 6 tahun, maka harus mengembalikan seluruh biaya Ashabuddaar yang telah di terima.
  3. Mentaati dan mengikuti tata tertib serta peraturan yang telah ditentukan serta berlaku di Pondok Pesantren Terpadu Darul ‘Amal.
  4. Apabila selama menjadi Ashabuddaar menunjukkan kemalasan dan mengabaikan kesungguhan belajar, dan setelah diberi peringatan dan nasehat tetapi tidak ada perubahan, maka biaya Ashabuddaarnya akan dihentikan.

Aturan Kesanggupan yang di syaratkan bagi santri Ashabuddaar, tiada lain dengan maksud agar mereka dapat belajar dengan baik dan sungguh- sungguh guna menggapai masa depannya yang lebih baik dan berguna bagi dirinya serta bagi umat dan bangsa.

Pola anak asuh dengan nama Ashabuddaar yang dikembangkan di Pondok Pesantren Terpadu Darul Amal yang didukung penuh oleh para Donatur jama’ah pengajian, yang dibimbing langsung oleh Bapak DR. H. Umay Dja’far Siddieq MA, telah memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap lahirnya kader masyarakat yang memiliki wawasan keilmuan dan wawasan keislaman yang lebih maju. Khususnya bagi masyarakat di Wilayah Selatan Kabupaten Sukabumi.

Guna tercapainya sasaran itu, selama belajar di Pondok pesantren Terpadu Darul ‘ Amal diaplikasikan dalam tiga hal utama, yaitu Olah rasa, Olah Rasio dan Olah Raga. Dan dalam tiga hal lainnya yang tak kalah pentingnya yaitu ; Bersatu dalam Aqidah, berjama’ah dalam Ibadah serta Bertoleransi dalam Khilafiyah.

Perjalan panjang yang telah ditempuh sejak tahun 1995 sampai sekarang, dengan jumlah anak awal Ashabuddaar hanya ….. orang dan sekarang telah mencapai ….. orang . termasuk didalamnya yang telah menjadi alumni; baik yang sekarang masih melanjutkan di berbagai perguruan tinggi ataupun yang sudah bekerja dan mengabdi di berbagai lapangan pekerjaan dan lembaga pendidikan .

Pembiayaan yang diperlukan guna mendukung unit satuan upaya Ashabuddaar setiap tahun selalu meningkat sesuai dengan kebutuhan santri yang diterima . Jumlah biaya Ashabuddaar yang diterima dari para orang tua asuh pada tahun pelajaran 2009/ 2010 sekarang ini, telah mencapai rata-rata sebesar Rp. 96.000.000,- ( Sembilan Puluh Enam Juta Rupiah ) setiap bulan. Sedangkan biaya Ashabuddaar bagi Kader yang sedang kuliah adalah Rp. ……………….. Setiap bulannya. Hal ini, sangat patut kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah menggerakkan hamba-Nya kaum Agniya dari Jakarta. Dan sebagai rasa syukur kita kepada Allah SWT. sangat wajar dan pantas apabila setiap santri yang menjadi Ashabuddaar setiap saat ataupun setiap selesai shalat fardhu selalu berdo’a :

Ya Allah Ya Razaak, Ya Fattaah, Ya ‘Aliim, Ya Hakiim,

Puji dan Syukur kupanjatkan kepada-Mu, Engkau telah gerakkan hati-hati hamba-Mu ( seluruh Donatur Darul ‘Amal ), membantu jihadku dijalan-Mu.

Ya Allah balaslah kebaikan mereka dengan pahala berlipat ganda,

Serta dosa dan salahnya dengan ampunan,

Ya Allah, jadikan jiwa-jiwa mereka Mutmainnah, keluarga mereka sakiinah, putra putri mereka sholeh dan sholehah, rizqi mereka melimpah halal dan berkah,

Ya zaljalaali wal ikraam. Wal- Hamdulillaahirabbil ‘alaiin. Amien.

Profile Pendiri Darul 'Amal

Nama : DR. Umay M. Dja'far S, MA.
T. Tgl Lahir : Bakanjati, 7 Juli 1954
Alamat : Jl. Rawasari Barat VIII E 142 C Cempaka Putih Timur Jakarta Pusat
Phone (021) 4214365, Fax. (021) 4257391

Pendidikan :
1. PGA al-A’arif Jam pang Kulon tahun 1971,
2. PTIQ tamat tahun 1986
3. IAIN jakarta Fakultas Syari’ah, Jurusan Peradilan Agama, selesai tahun 1987,
4. Pascasarjana UMJ tahun 1999
5. S-3 di PPs Universitas Negeri Jakarta (UNJ)

Pengalaman Organisasi :
1. Oktober 1986 juga ia mendirikan Yayasan Da’wah dan Sosial Islam Al-‘Urwatul Wutsqa (YADSI-UW), yang bergerak dalam menyelenggarakan Kursus Tafhim al-Quran, kini terdapat 24 kelas yang tersebar di Jakarta.
2. Direktur Masjid Jami’ YARSI,dikelolanya Masjid itu dengan Manajemen moderen, shingga tahun 1994 terpilih menjadi masjid teladan tingkat DKI.
3. Ketua Umum Masjid Jami’ Rawasari,tahun 2000.
4. Pendiri CV. Al-Ghuraba yang bergerak di bidang penerbitan buku.
5. Pendiri Yayasan Pendidikan & Sosial Islam (YAPSI) Darul ‘Amal, tahun 2005 .

Sekilas Perjalana Hidup Beliau
Sudah dua bulan tahun pelajaran 1960-1961 berjalan, sepulang mengaji dan menginap di Masjid Bojongwaru pagi itu dia merasakan perih hatinya tak terperi karena anak-anak seusianya sebentar lagi akan beramai-ramai bergerombol jalan kaki menuju sekolah SD Bojong Genteng, yang jaraknya sekitar 2 km sementara dia hanya bisa mengurut dada sedih karena keyatiman dan kemiskinan membedakan dia dari yang lainnya, ibunya tak sanggup memasukkan dia ke sekolah, kala itu memberi pakan ayam peliharaannya seakan turut merasakan perih hati anak bungsunya itu. Sore harinya ia berpesan, nanti malam, ngga usah tidur di Masjid, di rumah saja, dia menjawab “ya” tanpa berfikir kenapa.

Kira-kira jam 03.00 (dinihari) dia dibangunkan ibunya dan diajaknya ke tikar shalat -rupanya ibunya selesai shalat malam dan menangisi derita hati anaknya yang ingin sekolah- lalu dua lutut ibunya dipertemukan dengan dua lututnya, seraya ibunya berujar dengan lirih: Nak! semua manusia lahir dengan rasa ingin mulia, manusia mulia karena kekayaannya, sedangkan kita, miskin. Orang mulia karena turunan raden, sedangkan kita rakyat jelata. Orang mulia karena kerupawanannya, kita biasa-biasa saja. Orang mulia karena kepin tarannya…… maka carilah ilmu, untuk kemuliaanmu… keningnya dicium, lalu dipeluk di sela isak tangisnya, ibunya mengakhiri pembicaraannya dengan: “maafkan Ema, ngga bisa nyekolahin” … tidak begitu paham apa yang dikatakan ibunya, ia pun dengan terkantuk-kantuk kembali ke kamarnya, lalu tidur lagi sampai subuh tiba. Selepas shalat subuh ia teringat sebagian dari ungkapan ibunya tadi malam “carilah ilmu, untuk kemuliaanmu…” dia pikir mencari ilmu harus sekolah, maka tanpa pamit kepada ibunya lagi ia pun segera berangkat ke sekolah SD Bojong Genteng III, ditemuinya guru Kls 1 waktu itu pak Uton Bustoni, sesudah bersalaman ia memperkanalkan diri, nama “Uyun” saya anak yatim tapi mau sekolah, itulah nama yang dia ketahui sebagaimana teman-teman sepermainan memanggilnya, belakangan dia baru tahu dari ibunya bahwa nama dia dikasih Uwa (kakak bapaknya alm.) Mad Yunus tetapi terlanjur tertulis “Uyun” di buku Induk, maka nama itulah yang seterusnya.

Ketika kls VI gurunya menganjurkan agar namanya ditambah supaya tidak terlalu pendek, siapa tahu nanti jadi orang penting, seloroh pa Obang Barnas gurunya itu karena nama itu akan ditulis dalam Ijazah sambunya lagi. Sore harinya dia bertanya nama yang cocok untuk dirnya ke Mu’alim Djamjuri di Majjid Bojongwaru, eeh beliau menawarkan tambahan nama “Maryunani“ jadilah nama dalam Ijazah SD nya Uyun Maryunani, disingkat U.Maryunani, ketika di Pengajian dia sering dilatih ceramah dalam berbagai acara-acara keagamaan yang teksnya dibuatkan guru mengajinya ust. Abdullah Mubarak, maka nama dia diberi tambahan lagi “U. Maryunani Dja’far Shiddieq“ , ketika masa remaja rupanya dia termasuk penggemar karya-karya HAMKA (Haji Abdul Malik Karim Amrullah), dia pun ikut-ikutan menyingkat namanya Uyun Maryunani menjadi Umay (tidak Umar, karena serupa dengan nama seorang), saat memasuki PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu al-Quran), Jakarta dengan Ijazah U. Maryunani, tetapi ketika memperkenalkan diri, dia menyebut dirinya Umay, maka bagian Pengajarnya PTIQ meyakini U. Itu artinya “Umay”, maka tertulislah di Ijazah PTIQ Umay Maryunani, sesudah berkecimpung di masyarakat nama pemberian guru mengajinya itu dipakai kembali, jadilah “ Umay M. Dja’far Shiddieq”.

Dari sejarah namanya yang agak unik di atas, tampak dia adalah orang yang sejak kecil lebih banyak mengurus dirinya, sebagai orang yang tak pernah merasakan kasih sayang bapaknya, yang meninggal saat dia diandung ibunya 4 bulan,dia menjadikan ibunya sebagai sumber do’a, sumber rahmat Allah, sumber ridha-Nya, serta sumber motivasi dan kekuatan, dia pernah berujar, pengalaman yang paling berkesan adalah saat dia menggandeng tangan ibunya yang keriput saat thawaf mengitari Ka’bah tahun 1993.

Lahir di sebuah rumah nenggang tengah sawah, kampung Bakanjati, Desa Bojong Genteng, +/- 110 km selatan kota Sukabumi, tak ada catatan resmi tentang tanggal tepat kelahirannya, hanya dalam ijazah SD nya tertera tanggal 7 Juli 1954, dia tamat SD Bojong Genteng tahun 1967, dia sangat berhutang budi atas jasa kepala SD Bapak Karta Soedarma yang membebaskan ia dari iuran sekolah.Tamat PGA 4 Tahun al-A’arif Jam pang Kulon tahun 1971, di sini ia berhutang budi atas kebaikan pak Dindin Saefudin yang juga membebaskan dia dari SPP. Keinginan yang kuat untuk meneruskan sekolah, sekitar 86 km hutan Pasir Piring dia tempuh dengan jalan kaki, karena tak ada ongkos naik bis ke Sukabumi, yang akhirnya atas kemurahan hati KH. E. Fachruddin Masthura, dia di terima di Pesantren Tipar dan tamat Madrasah ‘Aliyah al- Masthuriyah, Tipar Sukabumi tahun 1974, Sepanjang di Al-Masthuraiyah inilah dia sangat berhutang budi atas perhatian dan kasih sayang keluarga KH.Moh Sanusi (alm.), lalu Mondok di Pesantren Salafy Siqayaturrahmah, bimbingan KH.M.Mudrikah Hanafi, di Selajambu, Sukabumi 1975-76, tamat PTIQ 1983, selama kuliah di PTIQ dia sperti mendapat orang tua angkat Kel. Moh. Djubaedy Soelaiman, setamatnya menjadi Dosen Tafsir & Hadits ahkam di almamaternya sampai tahun 1990, tahun 1984 ia kuliah lagi di IAIN jakarta Fakultas Syari’ah, Jurusan Peradilan Agama, atas kebaikan Kel. Mayjen Pol. Drs. H .Soedarto, dan selesai tahun 1987, pada tahun 1996 atas kebaikan kel. Mayjen Dr.H. Loet Affandi dapat meneyelesaikan S-2 (Strata-2) Pendidikan Islam dari Pascasarjana UMJ tahun 1999, dan atas saran guru tercintanya Prof. Dr. M . Quraish Shihab, MA ia melanjutkan study S-3 nya di PPs Universitas Negeri Jakarta (UNJ) jurusan Manajemen Pendidikan, juga atas kemurahan hati kel. Dr. H. Loet Affandi.

Sejak masih kuliah di PTIQ tahun 1982 dia mulai merintis menye lenggarakan Pengajian bulanan di kampungnya, dengan jumlah peserta pengajian pertama hanya 8 orang, dia tekuni sebulan sekali turun naik bis dari Jakarta mensosialisasikan idenya membangun desa melalui sosial pendidikan, dalam masa 10 tahun ia rubah mushalla kecil ukuran 4 x 6 m menjadi masjid dengan ukuran 12 x 18 m, 10 tahun kemudian tepatnya, Januari 1982 dengan 5 orang Pendiri mendirikan Yayasan Pendidikan & Sosial Islam (YAPSI) Darul ‘Amal, kini 2005 sudah memiliki luas tanah 54.000 m (5,4 ha), Masjid biru ukuran 30 x 29 m berdiri megah tiga lantai, Sekolah SMP & SMA tiga lantai dengan 18 lokal kelas, tiga unit asrama semuanya dua lantai, peserta didik hampir 500 anak, dari mulai TK, MI, SMP, SMA dan Pesantren, Toko Ribhi Barka, Unit Pertanian dan Peterna kan, jamaah Mudzakarah bulanan rata-rata diikuti 300-400 jamaah setiap ahad pertama di bulan Miiladiyah.

Tahun 1979 tepatnya 1 Oktober 1979 dia menikahi tambatan hatinya sejak di PGA Lily Yulifah putri ke enam Mu’alim E.Djuaeni seorang Imam besar Masjid Kaum Jampang Kulon, dan dikaruniai 3 putra dan seorang putri. Tahun 1990 dia dipercaya menjadi Direktur Masjid Jami’ YARSI, dikelolanya Masjid itu dengan Manajemen moderen, shingga tahun 1994 terpilih menjadi masjid teladan tingkat DKI, ia pangku amanat Allah mengurus rumah-Nya itu sampai tahun 1996, dan pada bulan Oktober tahun itu juga ia mendirikan Yayasan Da’wah dan Sosial Islam Al-‘Urwatul Wutsqa (YADSI-UW), yang bergerak dalam menyelenggarakan Kursus Tafhim al-Quran, kini terdapat 24 kelas yang tersebar di Jakarta, dan bersama rekanya di PTIQ Drs. Mustari membuka Cabang Yayasan di Tegal Molyo, Klaten, Jawa Tengah, yang menyelenggarakan Madrasah Diniyah, TPQ Nurul Akbar, dan Pesantren Tahfizhul Quran, dan melalui anak asuh kepercayaannya Ust.H. Hafidzi, tahun 1997 dibuka cabang YADSI UW yang kedua di Dusun Ngantirejo,Desa Beruk,Karang Anyar dengan memberda yakan 13 orang Ustadz yang tersebar di sekitar Kecamatan Jatiyoso, dan Tawangmangu, mengelola 11 TPQ dan beberapa Majlis Ta’lim, direncana kan di tempat itu akan dibangun Pesantren terpadu.
Tahun 1998 Bapak angkatnya Kel. Dr.Loet Affandi mendirikan Yayasan Al-Ma’shum Mardiyah di Desa Galudra, Cugenang, Cianjur, dan di tempat itu dia menyelenggarakan Pesantren Terpadu al-Ma’shum Mardiyah, kini santrinya 360 terdiri dari putra dan putri.

Pada tahun 2000 tepatnya 26 Juni 2000 masyarakat Rawasari secara aklamasi mempercayakan dia menjadi Ketua Umum Masjid Jami’ Rawasari, sebuah Masjid tua di Kawasan Rawasri, Jakarta Pusat, dan pada tahun itu pula dia bentuk Badan Hukum Yayasan Masjid Jami’ Rawasari, kini Yayasan itu membangun Masjid al- Nizham 24 x 26 M 3 lantai, menyelenggarakan TPQ & TKI Al- Rawdhah, dan Toko Al- Barka.

Sebagai hamba Allah yang memutuskan jalan hidupnya dengan tidak bekerja di Intansi Pemerintah maupun swasta, dan juga tidak aktif di Organisasi Politik maupun masa, ia mandiri bergerak di bidang da’wah dan sosial pendidikan dia merasakan betapa besar peran jamaah pengajian Kursus Tafhim Al-Quran baik untuk pembangunan proyek-proyek fisiknya, maupun sebagai donatur tetap dari anak-anak asuhnya, dan ujarnya; tanpa melebihkan yang satu atas yang lainnya, dia tidak dapat melupakan para munfiqin-munfiqat berikut; Kel. Deddy Brahim, Kel. Ismaildin Wahab, Kel. Ismail Akbar,Kel. Salman Harahap, Kel. Dr. Loet Affandi,Kel. Muchtar Purbaya, Kel. Saeful Amir,Kel. Soni Dwi Harsono, Kel. Saleh Gunawan, Kel. Vence Raharjo, Kel.Amril Adnan, Kel. Sudarmadi, Keluarga Besar putri-putri dan para Menantunya Anas Latif, Kel. Bennyman Saus dan yang lain-lainnya.

Selain sering menjadi pengisi mimbar agama Islam di beberapa stasiun Televisi, serta melayani ceramah-ceramah agama di berbagai kesempatan, pada tahun 2005 dengan beberapa koleganya dia mendirikan CV. Al-Ghuraba yang bergerak di bidang penerbitan buku, dia punya niatan akan mengisi sisa umurnya dengan menulis buku-buku agama sebagai kelanjutan dari pembinaan Pengajian-pengajian yang selama ini ia jalani.

Bersama istri penopang jihadnya ia kelola beberapa Yayasan dan dia asuh beberapa pesantren dari kediamannya di Jalan Rawasari Barat VIII Nomor E.142 c, Kel. Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat.

Proyek Pembangunan

Proyek pembanguna yang sedang berjalan dan tahap penyelesaian

Pengeboran air dah selesai 4 hari yang lalu sedalam 111 m, pemasangan casing pun sudah, insya Allah beberapa hari ke depan akan dipasang pipa dan mesin…peresoalannya1. baru dibayar 30% dari total biaya 251 jt, 2. water tower alias penampungan airnya belum selsai krn tersendat mslh dana….so, kontribusi semua pihak sangat diharapkan….guys



Asrama Madinah dan Ummi Kultsum, kapasitas 150 santri, dengan fasilitas ruang pengasuh santri, ruang makan, ruang nonton tv, ruang tunggu tamu, jemuran luar dan kamar mandi.




Didirikan pada tahun 1996, menampung 150 santri, 1 ruang jemuran, 1 ruang kamar mandi 15 pintu, 1 ruang inap guru pengasuh, 1 ruang pelayanan organisasi santri dengan fasilitas telp dan tv




Pembangunan penyelesaian Masjid Jami' Darul amal, saat ini sedang pengerjaan Kaligrafi, yang proyek ini membutuhkan biaya Rp 200 Juta Rupiah, sedang dalam tahap penyelesaian

Kembali ke Khittah Boarding School 6 tahun

Senin 17 Mei 2010, seperti biasa, upacara bendera dilaksanakan tepat pukul 07.00 wida (waktu indonesia bagian Darul ‘Amal), yaa walaupun harus dengan sedikit teriak2 memanggil anak2 yang masih di kelas menghadap kaca jendela membetulkan jilbab, atau meluruskan dasi yang anak putra, atau hanya sekedar menunggu teman, anak-anak tetap anak-anak dengan seribu macam tingkah.

upacara dilaksanakan dengan sangat khidmat, sesekali terdengar suara tegas h nanang mengomentari anak yang bergerak saat sikap tegak atau menegur anak yang larak sana lirik sini, wejangan pun disampaikan dengan tegas sedikit humor ala beliau terkait dengan tafsir bebas angka 17 karena saat ini tgl 17 mei, dari mulai hari nuzulul qur’an, tgl diturunkannya syari’at shalat, jumlah roka’at shalat dalam sehari sampai kepada hari proklamasi.

sesaat setelah upacara pukul 07.45, sambil menunggu waktu masuk kelas pada pukul 08.20 seluruh guru masuk ke ruang guru dan melaksanakan kegiatan breafing yang dipimpin oleh pimpinan lembaga.

breafing mengerucut kepada satu wacana lama yang diyakini bersama masih relevan dengan kondisi saat ini, yakni masih relevankah sistem pendidikan Darul ‘Amal adalah boarding school dengan jenjang 6 tahun, sementara labeling kita sering menggunakan SMP dan SMA yang 3 tahun itu, coba kita perhatikan ketika penerimaan santri baru, jelas tertera pendaftaran ke SMP dan ke SMA, bukan ke boarding school masuk kelas 1 atau masuk kelas 4, kemudian nama kelas baik yang terpampang di atas pintu ataupun di absen kelas, baju seragam yang masih membedakan antara SMP dan SMA, dan masih banyak lagi.

akhirnya breafing merekomendasikan kepada para pengambil kebijakan untuk memulai kembali membangun image pendidikan dengan jenjang 6 tahun, mulai tahun pendidikan 2010/2011 tes penerimaan santri baru dikategorikan ke dalam 2 kategori, masuk kelas 1 atau masuk kelas 4 dan tidak dimunculkan label SMP dan SMA, baju seragam yang berlaku adalah satu macam untuk putih-putih, batik, olahraga dan pramuka, insya Allah akan dibuatkan design baru baju seragam tersebut sesuai dengan kekhasana Darul ‘Amal.

label SMP dan SMA hanya dimunculkan pada saat dibutuhkan secara administrasi kedinasan, exp. laporan bulanan ke dinas, laporan psb ke dinas, pengisian raport, pengisian ijazah, utusan dalam perlombaan antar sekolah dan kegiatan yang berhubungan dengan sekolah terkait dengan kedinasan, sementara di dalam kampus label SMP dan SMA harus melebur ke dalam sistem pendidikan terpadu Darul ‘Amal, dengan kata lain santri bukan sekolah di SMP atau SMA Terpadu akan tetapi mereka belajar di lembaga pendidikan terpadu (Boarding School) Darul ‘Amal yang di dalamnya terdapat pesantren dan SMP atau SMA.

bravo lembaga pendidikan terpadu Darul ‘Amal, bravo boarding school of Darul ‘Amal

Sayembara Disign Baju Seragam

sistem pendidikan boarding school dengan jenjang 6 tahun meniscayakan adanya condisioning culture yang dibangun dengan menanamkan kesan yang sama kepada seluruh civitas akademikanya, salah satunya dengan menciptakan keseragaman dalam berpakaian, pada tahun 2010 ini, Darul ‘Amal berencana mendesign ulang seluruh pakaian seragam santri tanpa membedakan jenjang SMP dan SMA, semuanya mengenakan pakaian seragam satu design untuk 6 tingkatan kelas dengan jenis dan waktu pemakain sebagai berikut:

1. Seragam Putih: Atasan warna putih tangan panjang, putri menutupi pantat dan tidak dimasukan ke dalam rok sementara putra dimasukan ke dalam celana. Bawahannya warna putih, putri mengenakan rok dan putra celana panjang. dikenakan pada hari senin dan selasa.

2. Seragam Batik: jenisnya sama dengan seragam putih, corak batiknya mencirikan kesan lembaga dengan warna dominan biru dongker, biru muda dan putih. dikenakan pada hari rabu dan kamis

3. Seragam Pramuka: sama seperti seragam pramuka biasa, dengan khas baju putra tangan pendek dan baju putri tangan panjang, sementara bawahannya celana panjang baik untuk putra maupun putri. dikenakan pada hari jum’at dan sabtu

4. Seragam Olahraga: baju lengan panjang, dan celana panjang, warna bebas. dikenakan pada saat pelajaran penjaskes dan ahad pagi (lari pagi)

5. Seragam koko putra. dikenakan pada saat shalat dan acara resmi pesantren

6. Seragam gamis putri. dikenakan pada saat acara resmi pesantren

dari ke-enam design seragam tersebut, seragam batik dan olahraga akan kami dahulukan redesignnya dengan mengundang seluruh pembaca untuk mengikuti sayembara mendesign kedua seragam tersebut dengan ketentuan :

1. Design mengacu kepada ketentuan di atas (seragam batik dan olahraga) dengan menjelaskan landasan filosofisnya dan atau arti setiap corak design. sebagai bahan pertimbangan ciri khas Darul ‘Amal adalah segi 8 dan logo lembaga dapat dilihat di sisi kiri nama Darul ‘Amal pada web ini.

2. Dikirim via e-mail ke ddmuhsyah@gmail.com

3. Dikirim paling lambat tanggal 30 Mei 2010

4. Pemenang akan diberikan reward menarik dari Yayasan dalam bentuk uang cash sebesar Rp. 1.000.000,-

5. Kami berhak merubah design pemenang dan yang masuk jika diperlukan.

Sekian dan terima kasih atas partisipasinya,

Selajati, 19 Mei 2010

Ketua Badan Pengurus

ttd

H. Dede Muharamsyah, S.Psi.

NIPY. 082 002 060